widgets

Minggu, 17 November 2013

KUMPULAN SYAIR CINTA QAIS KEPADA LAYLLA (LAYLLA MAJNUN)

Aku melewati dinding ini, dinding Layla. Dan saya mencium tembok ini dan dinding yang ini. Bukan Cinta dari rumah-rumah yang telah mengambil hatiku. Tapi Dia yang berdiam di rumah-rumah.

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪



“Malam penuh cinta bersama Layla adalah siang, Hari-hari berlalu begitu cepat kala bersamanya Bersama Layla, penjara adalah surga Firdausku. Begitupula Api adalah cahaya bagiku”

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

“Bila dekat rumah (Layla), aku merasa terbebani, tetapi bila aku jauh darinya aku merasa sedih, sehingga dekat maupun jauh tidak bahagia dan terus meronta. Bila dia janji, cintaku kian menggebu menantinya, bila tidak janji aku mati menanti janjinya, sehingga jauh maupun dekat aku teringankan. Namun, belum menyembuhkan apa yang kami rasakan, sungguhpun demikian dekat dengannya lebih baik ketimbang jauh darinya.”

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪ ♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

“Mereka Jauhkan aku dari rumah Layla, Hatiku pun mendampingi penghuni rumah itu, Adakah jalan bagiku dan baginya menuju cinta. Andaikan semua air susu membeku untuk dituangkan. Lantaran kasihnya lah, ia kan mencair dan mengalir untukku.”

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

“Ingat wahai dokter, engkau pengobat badan! Kasihanilah badan yang ditinggal kekasihnya, Hanya
cinta Layla obat hatiku yang merana, aku penuhi panggilanmu wahai penyeru, kau panggil aku dengan lemparan batu, niscaya kupenuhi panggilanmu, Jiwaku takkan meninggalkanmu lantaran penghinaanmu, Tetapi hanya inilah yang badan mampu menanggungnya."

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Kerabat dan handai-taulanku mencela. Karena aku telah dimabukkan oleh dia Ayah, putera-putera paman dan bibi Mencela dan menghardik aku. Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada
seteru atau sahabat. Cinta hanya mengenal kasih sayang. Tidakkah mereka mengetahui?
Kini cintaku telah terbagi, Satu belahan adalah diriku, Sedang yang lain ku berikan untuknya.
Tiada tersisa selain untuk kami.
Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa. . .  
Wahai negeri Irak yang damai. . .
Tolonglah aku ! Sembuhkan rasa gundah-gundah yang membuat kalbu tersiksa. . .  
Dengarkanlah tangisanku, Suara batinku. . .
Waktu terus berlalu, usia makin dewasa. . .
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu belum sembuh jua. . .    
Bahkan semakin parah. . .
Bila kami ditakdirkan berjumpa. . .
Akan kugandeng lengannya. . .
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian sambil memanjatkan doa-doa pujian kepada Allah SWT.
Ya Raab, telah kujadikan dia Angan-angan dan harapku. . .
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya. . .
Seperti Kau hiasi dia untukku. . .
Atau buatlah dia membenciku. . .
Dan keluarganya dengki padaku. . .
Sedang aku akan tetap mencintainya. . .    
Meski sulit aku rasa. . .
Mereka mencela dan menghina diriku. . .
Dan mengatakan aku hilang ingatan. . .
Sedang dia sering terdiam mengawasi bintang menanti kedatanganku. . .
Aduhai, betapa mengherankannya orang-orang mencela cinta. . .
Dan menganggapnya sebagai penyakit Yang meluluh-lantakan dinding ketabahan
Aku berseru pada singgasana langit. . .  
Berikan kami kebahagiaan dalam cinta. . .
Singkaplah tirai derita yang selalu membelenggu kalbu. . .

Bagaimana mungkin aku tidak gila. . .
Bila melihat gadis bermata indah. . .
Yang wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam. . .
Keluarga berkata Mengapakah hatinya wahai ananda?
Mengapa engkau mencintai pemuda
Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya
Cinta, kasih dan sayang telah menyatu. . .
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku. . .

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Cinta bukankah harapan atau ratapan. . .
Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintainya. . .
Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih. . .
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka. . .
Karena Allah akan menghilangkan Dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas. . .
Aku tak mampu melepas diri Dari jeratan tali kasih asmara. . .
Karena surga menciptakan cinta untukku. . .
Dan aku tidak mampu menolaknya. . .
Sampaikan salamku kepada dia, wahai angin malam. . .
Katakan, aku akan tetap menunggu. . .
Hingga ajal datang menjelang"

♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan gadis lain Itu adalah
kata pelipur lara Namun menjadi duri
dalam hatiku
Kukatakan kepada mereka Dengan air
mata berderai Dan hatiku hancur
luluh Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang Aku
mencintai dia Dan tidak tertarik
pada gadis lain Pandanganku telah
tertunduk, dan mata terpejam Kepada
selain dia
Wahai kau pujangga Ulurkan tanganmu
Untuk menyambut kekasihku Kalbu
penuh asmara Kuberikan padamu
Mungkin engkau diberi dua gelas minuman
Satu gelas kebencian Agar engkau
melupakan diriku Sedang satu gelas
berisi anggur kesenangan Agar engkau
rela menerima orang lain sebagai gantiku
Duh kekasih Kuingat dirimu
Jangan rusakkan hubungan Yang
orang lain selalu ingin
menyempurnakannya Kelak engkau akan
melihat Beda antara cinta dan nafsu

Sedang diriku pemuda, demi Allah
Tali kasih yang telah bersemi Akan
kusiram dan kupupuk Agar cinta yang
kau beri tetap terjaga selamanya Dan
aku haramkan atas diriku Segala yang
tidak engkau sukai
Aku akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau kau tak disisiku Namun aku
yakin Cintamu selalu hadir
dihatiku
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Berlalu masa, saat orang- orang meminta
Pertolongan padaku Dan sekarang,
adakah seseorang penolong Yang
mengabarkan rahasia jiwaku pada dirinya?
Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga
dan harta

Cinta laksana air yang menetes menimpa
bebatuan Waktu terus berlalu Dan
bebatuan itu akan hancur Berserak
bagai pecahan kaca Begitulah cinta
yang kau bawa padaku Dan kini hatiku
telah hancur binasa Hingga orang-
orang memanggilku si dungu Yang suka
merintih dan menangis Mereka
mengatakan aku telah tersesat
Mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana
dedaunan diterpa panas mentari
Begitu cinta adalah keindahan yang
membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda manakah yang dapat selamat dari
api cinta
Dan semua yang tampak dari manusia
adalah kebencian Namun cinta
telah memberi kekuatan pada
manusia Orang-orang yang
mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa
asmara tersimpan di dalam hati.
Layla telah dikurung, dan orang tuanya
mengancamku Dengan niat jahat lagi
kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit
hati padaku, Bukan karena apapun
juga, hanya karena aku Mencintai
Layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda Yang
harus dibasuh hingga bersih Padahal
kalbuku telah menjadi tawanannya Dan
ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami
undang Ia bagai ilham dari langit
yang menerobos Dan bersemayam dalam
jiwa kami Dan kini kami akan mati
karena cinta asmara Yang telah
melilit seluruh jiwa Katakan padaku,
siapa orang yang bisa Bebas dari
penyakit cinta?
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Wahai kau kekasihku Berjanjilah pada
keagungan cinta Agar sayap cinta
dapat terbang bebas Melayanglah
bersama cinta Laksana anak panah
menuju sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas yang akan
melepaskan buhul- buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala
belenggu Walau dalam cinta, setiap
gelas adalah kesedihan Namun jiwa
pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk
Untuk menembah kenikmatan cinta Atas
nama cinta, racun yang pahit pun akan
terasa manis Bertahanlah kekasihku,
dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena cinta
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Bila bulan purnama tenggelam Ataukah
matahari terlambat terbit Maka
cahaya wajahnya akan menggantikan
sinarnya Senyumnya bukan hanya
terhenti di mulut Namun menjadi
cahaya dari sinar purnama seluruhnya
Rembulan dan matahari akan tersipu malu
Karena cahayanya tak sebanding
Dengan sinar matanya Bila ia
berkedip, maka bintang kejora akan
menyembunyikan diri Tidak akan lagi
tercipta gadis seperti dia
Dan aku diciptakan hanya untuk dia
Kata- kata pujian yang dia ucapkan
Bagai sebutir pasir di gurun Sahara
Tak sebanding dengan kecantikannya
Karena segala pujian yang dimiliki
manusia Tak sebanding dengan
pesonanya
Dia diberi nikmat, dengan segala
kebaikannya Bila ia hendak berjalan
ke sebuah bukit Maka seakan- akan
bukit itu yang mendekat padanya
Karena sang bukit tidak ingin,
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan "
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Bila kakiku terperosok, aku menyebut
namanya Aku bermimpi dalam tidurku
hidup bersama dia Apabila disebut
namanya Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah Hampir saja aku gila
karena memikirkannya Makin lama
dadaku sesak karena rindu
Kaumku mengecam Jika aku tidak
berhenti menyebut namanya Maka
darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah aku dan biarkan dia Setelah
nyawaku melayang, janganlah kalian hina
dia Cukup apa yang ia derita karena
cinta Mungkin ia akan menuduhku tak
setia dengan janji Dan aku tidak
mampu mencegahnya Ku campur tinta
dengan air mataku Untuk menulis
surat padanya
Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya"
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Jiwa orang yang dimabuk cinta Akan
merasa sakit karena rindu Sebab
pecinta ingin selalu bersama Tapi
halangan tiada akan henti- henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit
tandus Walau tiada makanan, tetapi
tetap bersama
Atau seperti burung merpati Walau
terbang bebas di angkasa luas Tetap
saja kembali pada kekasihnya Atau
laksana ikan tuna Tetap tabah walau
dipermainkan ombak Timbul tenggelam
di laut
Walau selalu dicaci dan dicela Batin
menjerit tubuh binasa Meski lapar
dan disia- siakan Namun jiwa pecinta
akan selalu memaafkan
Pecinta tidak membutuhkan pujian Dan
pengorbanan pecinta tidak akan sia- sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora

Dimana pula cinta Sekecil apapun,
cinta tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan bagi pecinta Kebahagiaan dan
kesedihan sama indahnya Karena cinta
sejati tidak mengenal kesia-siaan
Jiwaku dan jiwanya akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia Pasti jiwa
kami akan bersatu di liang lahat Dan
kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama-lamanya
Mataku berkurban untuknya Dengan
segenap curahan air mata Berharap
liang lahatnya adalah liang lahatku
Agar janazah kita bersatu
♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪♪

Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku
ini? Siapa yang sedang memandangku?

Wahai bunga mawar itu telah dicabut dari
taman hatiku Untuk menjadi penghias
taman yang lain Namun tidak mungkin
menjadi layu
Wahai engkau, aku lelah dimabukkan oleh
rasa cinta Mana mungkin aku menolak
kenikmatan ini Duduklah di rumpun
palem ini Agar dapat kunikmati
manisnya anggur cintamu
Wahai kemanakah engkau saat aku merana
Terusir dan kehilangan dirimu? Hidup
hanya menjalar sesaat diuratku Dan
bukan menjadi milikmu Sejak harapan
tidak tersenyum lagi padaku Aku
hanya bisa meratap Mengenang dan
menyesali masa lalu Aku berteman
derita dan hinaan Kedukaan tersenyum
padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak engkau mereguk kebahagiaan

#Ibnu Amatillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar